Pages

Wednesday, December 29, 2010

Miss Parmelia, We Got Locked Out!!

Berbentuk segi empat kecil seperti kartu ATM, ada suatu benda yang sudah seperti ‘jimat’ saja bagi para penghuni Weenapad, apartemen kami. Selalu dibawa ke manapun pergi, nggak boleh ketinggalan di kamar, apalagi kalo sampe hilang. Bisa panjang urusannya. Untuk jaga2 biar nggak kelupaan, beberapa penghuni Weenapad memasangnya di gantungan untuk kemudian dikalungkan ke leher, termasuk aku.

Benda tersebut adalah kunci kamar kami, para penghuni Weenapad dormitory. Bukan hanya berfungsi sbg pintu kamar saja, tapi kunci tsb dipakai untuk mengakses hampir semua pintu di Weenapad, dari mulai pintu masuk apartemen (main entrance), pintu penghubung ke lift, pintu ke common room dan pintu unit apartemen ybs (umumnya satu unit terdiri dari 3 kamar). Namun tentu saja, tiap2 kamar pribadi hanya bisa diakses oleh satu kunci saja, yaitu kunci si penghuni kamar ybs.

Dengan sensor magnetik, kami cukup menggesekkan kunci tersebut ke alat yg terpasang di tiap2 pintu untuk membuka pintu yang dimaksud. Jika pintu sudah terbuka dan kita menutup pintu hingga handle pintu terpasang lagi (maksudnya sampai bunyi ‘jeglek’, gitu :D) maka pintu akan otomatis terkunci lagi. Nggak masalah kalau kita sudah berada di dalam ruangan, karena kita langsung bisa membuka pintu dari dalam tanpa harus menggunakan kunci, cukup dengan memutar handle pintu saja. Tapi hati2 kalau kita ‘menjeglekkan’ pintu dari luar, untuk membukanya lagi kita harus menggunakan kunci. So, jangan sampe menutup pintu kamar dari luar kalau kuncinya masih ada di dalam kamar, karena itu berarti terkunci di luar dan nggak bisa masuk kamar sendiri (weleh… ribet amat ya, penjelasan tentang kunci ini :D).

At least sudah ada 4 teman dari Indonesia yg mengalami kejadian menyedihkan itu, alias nggak bisa masuk ke kamar sendiri gara2 kuncinya tertinggal di dalam :D (dua di antara mereka terkunci di luar untuk kedua kalinya alias sudah berlaku denda 5 euro). Wajar dan ‘manusiawi’ menurutku, karena beberapa di antara kita – termasuk aku -- terbiasa langsung menutup pintu begitu keluar dari kamar, tanpa memperhatikan apakah kunci kamar terbawa/‘melekat di badan’ atau nggak. Apalagi toilet ada di luar kamar, belum lagi kalau mau ke dapur untuk makan atau ngambil cemilan. Nggak enak banget kalau setelah selesai pipis di toilet nggak bisa masuk kamar lagi karena pintunya nggak sengaja tertutup sedangkan kita nggak bawa kunci. Semua ‘perkakas’ ada di kamar, gitu loh. Terlebih kalo kejadian itu udah malam dan mau tidur, atau di pagi hari ketika udah siap menuju kampus tapi tas dan segala macem masih di dalam (belum pake jilbab pula -- seperti yang dialami seorang teman baru2 ini :D).

That’s why banyak di antara kami yang mensiasatinya dengan cara melubangi kartu/kunci tersebut (tentu saja lubangnya nggak pas di sensor magnetiknya) untuk dipasangi gantungan yang bisa dikalungkan ke leher. Tapi ternyata cara tsb nggak cukup ampuh karena ternyata ada teman yg masih bisa jadi ‘korban’ juga walaupun sudah punya kalung kunci. Makanya aku jadi makin parno saja melihat fenomena tersebut (halah!! :D). Ke dapur dan ke toilet selalu pake ‘jimat’, bahkan kadang sampe tidur pun masih kalungan jimat. Tapi karena takut jimatnya kenapa-napa kalo kena air, atau nyangkut ke mana-mana karena gantungannya cukup panjang, seringkali kalung kunci itu aku gantung di handle pintu kamar sisi sebelah luar, atau di gagang telepon di dekat toilet. Pernah juga di awal2 di Weena, sebelum pake kalung gantungan, tiap kali mau ke toilet malam2 sedangkan 2 roommate yg lain udah pada tidur, kuncinya aku taruh di dalam sepatu di luar kamar. Takut ada orang asing yg tiba2 masuk sementara aku lg di toilet dan pintu kamar dalam keadaan terbuka..serem.. (mungkin nggak sih?? Pintu unit apartemen kan terkunci.. Terlalu parno kali ya).

Trus kalo udah kejadian gimana dong..? Tenang, ada Ms Parmelia Hussain. Beliau ini adalah student warden di Weenapad, dan kami bisa meminta bantuannya untuk membukakan pintu. It’s free of charge. Tapi sayangnya bantuan sukarela tersebut hanya berlaku just for the first time. Untuk kali kedua dan seterusnya it will cost us 5 euro. Lumayan juga ya..? Itu untuk ‘memaksa’ kita supaya lebih berhati-hati dan tidak teledor. Kasian juga kan Ms Parmelia yang cantik itu kalo sering2 diganggu di luar jam kerjanya. Oya, though she is living on the 12th floor of the dormitory, she’s not fulltime available. Office hours-nya cuma hari Senin dan Kamis malam, jam 7.30 - 8.00, di unit apartemennya di lantai 12 itu. Di luar jam tsb doi nggak mau diganggu, kecuali untuk emergency cases (being locked out is one of emergency cases).

Yaa begitulah sedikit cerita tentang ‘kunci mengunci’ di sini. Sedikit culture shock juga kali ya, kejadian being locked out ini. Belum terbiasa sih.. kos2an di Pogung atau Jakal kan nggak ada yg pake gini2an :D. Tapi aku salut sama Ms Parmelia. Suatu kali salah satu roommate ketiban apes pagi2 sebelum subuh, kami segera naik ke lantai 12 untuk minta bantuannya. Walau dengan wajah mengantuk baru bangun tidur, doi menyambut kami dengan ramah. Nggak ada tampang bete sama sekali saat dia ngasih kunci cadangan sambil wanti2 untuk segera mengembalikan begitu kamar berhasil terbuka. Udah cantik, baik pula.. bener2 calon istri solihah.. hehe. Dank u wel, Ms Parmelia..!

Rotterdam, Oct 9 2010

No comments:

Post a Comment