Pages

Monday, April 11, 2011

kisah catatan hati: sebuah inspirasi


(Catatan ini sempat saya ikutkan dalam Audisi Penulis Buku "Asma Nadia Inspirasiku", yang diadakan oleh Leutika, tapi enggak lolos seleksi.. :D)


Maret 2008

Aku sedang asyik mengepel teras rumah ketika tiba-tiba perut bagian bawahku terasa sakit. Deg. Jangan-jangan.. 

 Buru-buru kutinggalkan ember beserta kain pelnya, segera bergegas ke toilet. Tubuhku terasa lemas ketika kulihat bercak merah muda di sana.
 
Ya Allah, please, jangan lagi..


***

Aku ingat betul, hari itu Sabtu pagi yang cerah ketika aku merasa perutku melilit di tengah aktivitasku mengepel. Seperti biasa di hari Sabtu, suamiku mengajak Nadaa, sulung kami, untuk mengikuti acara olah raga di kantornya. 

Dengan perasaan campur aduk aku keluar dari toilet. Jemariku terasa bergetar tatkala perlahan kututup pintu. Di kamar, sambil berbaring, aku mengirim sms kepada suamiku.

Tolong cepat pulang Yah. Sepertinya aku pendarahan.”

Lalu kutekan tombol Send.

***

Ini adalah kehamilan kelima-ku, dan hampir menginjak minggu ke-12. Kelima? Ya, sebelum melahirkan Nadaa, aku sudah sempat keguguran dua kali. Ketika Nadaa berumur 2 tahunan, aku sempat hamil lagi dan (lagi-lagi) mengalami pendarahan hingga sekali lagi harus merelakan janinku. Jadi total aku sudah hamil sebanyak lima kali dan tiga kali di antaranya janinku tidak bisa diselamatkan. Bisa dibayangkan, betapa aku trauma akan bercak darah itu..

Ya Allah, aku tidak mau hal itu terulang lagi, ucapku dalam hati. Sambil mengelus perut, aku terus mengucap istighfar, berdzikir dan berdoa sebisaku.

Tak lama suamiku dan Nadaa pun datang. Tanpa banyak menunggu, bersama-sama kami menuju Rumah Sakit Bunda, tempatku kontrol kehamilan selama ini. Kebetulan Dr. Putra yang selama ini menanganiku ada di tempat. Beliau segera memeriksaku, dan inilah vonisnya: aku harus bed-rest dan opname di RS.

Apa boleh buat. Aku cuma bisa pasrah dan berdoa. Yang penting janinku masih bisa diselamatkan, pikirku.

Begitulah. Aku pun bersiap menginap di rumah sakit untuk menjalani bed-rest di sana. Saat suamiku pulang untuk membawakan pakaian dan perlengkapan lain, aku minta tolong dia membawakanku buku “Catatan Hati di Setiap Sujudku”-nya mbak Asma Nadia. Aku ingat beberapa kisah nyata penuh “keajaiban” doa di buku Serial Catatan Hati itu, dan saat itu aku butuh kekuatan. Harapanku, dengan membaca-baca buku itu lagi, aku bisa mendapatkan kekuatan yang kucari.

(Saat itu rasa takut benar-benar menghantuiku, aku pun didera perasaan khawatir bahwa janinku akan tumbuh tidak sempurna. Pendarahan di usia kehamilan sekitar 3 bulan, sungguh mengkhawatirkan. Apalagi darah yang keluar cukup banyak. Walaupun dokter menenangkanku, tapi tak urung kecemasan menyelimutiku. Aku takut, kalaupun berhasil diselamatkan, anakku akan lahir cacat, entah fisik atau cacat bawaan lainnya. Astaghfirullahal’adzim..)

“Catatan Hati di Setiap Sujudku” merupakan satu di antara sekian karya mbak Asma Nadia yang menjadi favoritku. Salah satu episode yang paling menggugah adalah cerita tentang Adam, putra Mbak Asma Nadia yang sempat didiagnosis kelainan otak, tapi nyatanya justru tumbuh sebagai anak yang cerdas, sehat dan berbakat. Betapa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT.

Seperti beberapa kisah dalam buku itu, aku pun memperbanyak doa dan berdzikir kepada Allah. Aku mencoba menguatkan dan meyakinkan hatiku, percaya sepenuhnya akan kuasa dan kehendak-Nya yang Maha Besar. Terinspirasi dari buku itu, aku pun menghubungi keluarga, saudara dan sahabat, minta mereka untuk mendoakanku dan janin dalam kandunganku. 

Setelah 6 hari opname di Rumah Sakit dan pendarahan sudah berkurang, dokter mengijinkanku pulang. Aku meneruskan bed-rest di rumah hingga sebulan lamanya. Masih kuteruskan doa dan dzikirku di setiap kesempatan. Apalagi setiap kali pikiran buruk itu datang, berserah kepada Allah membuatku sedikit tenang.

Tak kupungkiri, berbagai pikiran buruk masih seringkali menghantuiku. Pun dengan mimpi-mimpi buruk yang mengganggu tidur. Suamiku sudah hafal sekali dengan sifat jelekku ini: negative thinking, terlalu khawatir, dan suka berpikir yang tidak-tidak.

“Itu cuma akan membuatmu capek Bun.. Ya mental, ya fisik. Yang penting kita sudah berusaha. Dokter pun bilang, Insya Allah semua baik-baik saja, nasehatnya.

Ya, suamiku benar. Aku mencoba untuk berpikiran positif dan berharap kemurahan Allah. Dengan harapan penuh, duduk bersimpuh memohon kepada-Nya dalam doa-doa panjang yang kupanjatkan setelah sholat. 

Kisah betapa dahsyatnya doa yang dialami oleh mbak Asma Nadia serasa membangkitkan harapanku dan menggugah keyakinanku. Betapa tidak. Adam, putra beliau, ketika berusia tak lebih dari 40 hari telah didiagnosis memiliki kelainan otak. Terjadi pendarahan otak, dan bayi mungil itu harus mengalami transfusi plasma untuk mengatasinya. Jarum infus telah membengkakkan tangan mungilnya, dari kanan hingga harus dipindah ke kiri, dan setelah tangan kirinya ikut membengkak maka giliran kaki mungilnya yang harus diinfus. 

Betapa aku turut larut dalam kisah mbak Asma Nadia tentang Adam, putra terkasihnya. Beliau menuturkan bahwa semua penderitaan Adam yang disaksikannya sendiri justru melipatkan energinya serta harapannya untuk berdoa memohon kesembuhan kepada Allah. Dan Allah pun menunjukkan kuasa-Nya. Seusai perawatan dan dilakukan scan terhadap Adam, dokter menyatakan, “Seharusnya ada noktah bekas pendarahan. Tapi pada kasus Adam, tidak ada bekas yang terlihat. Ini benar-benar mukjizat.” Kini Adam tumbuh sebagai pria kecil yang hebat dan berbakat, seperti bunda dan ayahnya. 

Bercermin pada kisah nyata tersebut, aku semakin percaya, bahwa dengan ikhtiar serta keyakinan, maka Allah akan mengabulkan doa kita, Insya Allah. Maka aku pun melanjutkan masa kehamilanku dengan lebih tenang, tidak lagi terlalu paranoid dan membayangkan yang tidak-tidak.

***

September 2008

Lengkingan suara tangis bayi memecah suasana hening siang itu. Hilmy Farand Zaydan, putra keduaku seolah menyerukan kepada dunia – terutama aku, ibunya – akan keberadaannya di dunia. Seolah meyakinkanku bahwa dia sehat dan baik-baik saja. 

Memang benar, Hilmy terlahir sehat dan lengkap, tidak ada kelainan sedikitpun seperti yang sempat kukhawatirkan. Semua baik-baik saja. Dia tumbuh sebagai bocah lucu yang cerdas dan menggemaskan. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Allah memang Maha Pemurah. Tidak ada yang tidak mungkin dengan kuasa-Nya. Dari sebuah catatan hati, Allah telah membukakan mata hatiku dan meneguhkan keyakinanku, akan kekuatan dan mukjizat doa.

***

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu (memenuhi segala perintah-Ku), agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah:186)
"Di setiap udara yang kau temukan, Di sana akan kau jumpai Allah yang senantiasa mendengar doamu." (Asma Nadia – Catatan Hati di Setiap Sujudku)


(Rotterdam, 25 Maret 2011)

No comments:

Post a Comment