Pages

Sunday, April 24, 2011

spring: ternyata..


Rotterdam, April 2011. Ranting-ranting gundul yang menghitam sepanjang winter telah berubah wujud, kembali hidup dengan dedaunan yang menghijau. Tunas-tunas daffodil bermunculan, kian hari kian tumbuh, dengan warna kuning khasnya yang cantik. Orang-orang mulai menanggalkan winter coat mereka – yang seringnya berwarna gelap – dan menggantinya dengan kaos dan blus ringan yang warna-warni. Sepatu boot pun berganti dengan sepatu pantovel, atau bahkan sandal. 

Yup, spring is coming..!
 
Jalanan pun terasa lebih berwarna. Selain daffodil, beberapa pohon rindang memamerkan bunganya, yang berwarna ungu, merah jambu atau putih. Sesekali terlihat tulip di rute jalan yang kulalui bersama sepedaku.

Mata dimanjakan dengan pemandangan bule-bule cantik dan – tentu saja – ganteng :D, dengan dandanan warna-warni mereka. Sepertinya warna pakaian mereka pun disesuaikan dengan musim. Kalau selama autumn dan winter kemarin warna hitam, coklat dan abu-abu mendominasi, kini berganti dengan warna terang yang cerah ceria. Satu lagi yang tak ketinggalan: kacamata hitam. Maka aku pun seperti bersepeda bersama para model keren yang silih berganti menyalip sepedaku (orang sini pada ngebut-ngebut kalau bersepeda).

Di beberapa housing terlihat satu-dua orang berjemur di teras rumah mereka, di lantai dua atau tiga. Di kampus pun begitu. Lucu juga rasanya melihat mahasiswa-mahasiswa bule itu ramai-ramai ngobrol dan berjemur di pelataran kampus. Serasa di taman rekreasi saja. Dan ternyata di sini sah-sah saja pergi ke kampus dengan hanya mengenakan celana pendek dan sandal jepit. Atau tank top dan bahkan kemben.

Lalu dengarlah komentar para teman priaku di sini:

“Wah.. jadi penasaran.. Kalo summer ntar gimana ya..?”

Atau:

“Bikin nggak tahan..”

Atau ini:

“Ya terus terang ada lah mbak, rasa-rasa ‘gimana’ itu. Makanya di Islam kan ada tuntunannya, gimana kita harus jaga pandangan..”
(Salut untuk komentar yang terakhir ini :D)

                Awalnya kukira aku akan menikmati musim semi. Secara aku tidak perlu repot-repot lagi mengenakan baju tebal berlapis-lapis, atau merasakan telapak tangan yang kebas dan seperti ditusuk-tusuk saking dinginnya hawa walaupun sudah kukenakan sarung tangan.

Tapi ternyata tidak..

Bermula dari heater yang mulai dimatikan sedangkan hawa dingin kadang masih terasa, terutama di malam hari (walaupun kini tubuh sudah mulai beradaptasi, di samping suhu yang memang menghangat, hingga mencapai kisaran 20-24 derajat celcius). Tapi yang lebih menyiksaku adalah waktu siang (terang) yang menjadi teramat panjang.

Kalau di awal bulan kemarin waktu Subuh masih berada di sekitar pukul 5, kini sudah bergeser, menjadi jam 4 kurang sedikit. Siang hari terasa panjang, langit jam 8 malam pun masih tampak terang. Adzan maghrib di laptopku akan berkumandang di sekitar pukul 9 malam. Waktu makan malam pun bergeser; karena terbiasa makan setelah Isya, kami jadi berasa seperti makan sahur, karena Isya akan datang sekitar pukul sebelas malam. 

Irama tubuhku menjadi kacau. Rasanya masih terang dan santai-santai sepulang kuliah, eh tau-tau sudah jam 8 malam. Tubuh rasanya masih belum ready untuk melakukan hal-hal yang berbau ‘belajar dan mengerjakan tugas’. Maunya menunggu adzan Magrib dan sholat sekalian. Tapi selesai sholat ternyata sudah jam setengah sepuluh. Kembali ke laptop dan baru ‘pemanasan’ sebentar di depan laptop.. eh, sudah adzan Isya. Habis sholat Isya lanjut makan malam; sampai di depan laptop lagi sudah tengah malam, bahkan lewat, alias dini hari. 

Begitu terus setiap hari. Bisa dibayangkan.. Kapan belajarnya..? Kapan tidurnya..? Dan, kapan bangunnya..? Haha, serba kacau dan nggak jelas :D

That’s why I don’t like spring.. and I'm not excited anymore :D

1 comment:

  1. Aku paling ska sama spring menjelang summer.... Suhunya dah oke, waktu jalan2 jadi lebih lama... tapi paling ga oke buat belajar... soalnya aku kl belajar kudu dalam suasana "malam"... lha...kalo lebih pajang siangnya kan itu bagusnya buat jalan2,,,, hihihi

    ReplyDelete