Pages

Tuesday, October 1, 2013

(1) Nadaa Panas. Kenapa Ya??


Pengen cerita tentang sakitnya Nadaa kemarin.

Jadi pulang sekolah hari Kamis 2 minggu lalu, Nadaa mengeluh lemes. Keesokan harinya mulai agak panas. Seperti biasa, hari Jumat sekolahnya libur.Tapi namanya bocah, dia masih saja main bersama Hilmy dan teman-temannya di rumah. Berhubung masih terlihat aktif, Sabtunya Nadaa masih saya suruh untuk sekolah. Baru mulai hari Senin saya meminta Nadaa untuk tidak sekolah.

Selama panas itu, saya memberi Nadaa madu, tiga kali sehari. Sengaja menghindari dulu dokter dan obat-obatan. Sebetulnya hari Senin malam rencana mau ke dokter, tapi ndilalah Hilmy sudah keburu tidur sejak sore. Jadi baru hari Selasa (sore, pulang kantor)saya bawa Nadaa pergi ke dokter dan langsung minta sekalian cek darah.

Nah sebelum diambil darah sama dokter, pastilah Nadaa diperiksa. Panasnya sudah 38 derajat. Ada sedikit pembengkakan pada amandelnya. Saya masih berharap panasnya ‘hanya’ karena radang. Bukan DB atau typhus. Lidahnya pun bersih, tidak putih-putih/kotor. 

Lalu dokter memeriksa kulit lengannya di siku bagian dalam. Jadi lengannya ‘diikat/dikencangkan’ dulu menggunakan alat pengukur tensi darah, trus dilihat menggunakan senter apakah ada bintik-bintik merah di bagian siku dalam tadi. Daaan, ternyata ada. Titik-titik kecil berwarna merah.

(Dulu kirain bintik-bintik merah indikasi DB itu bentuknya seperti bintik-bintik kecil habis digigit semut. Ternyata bintik-bintik merahnya cuma seukuran titik-titik yang sangaaat kecil).

Dokter bilang, jika titik-titik tersebut berjumlah lebih dari 10 buah, biasanya sih pasien memang menderita DB alias demam berdarah. Tapi tidak selalu. Makanya kami diminta untuk menunggu hasil tes darah dulu.

Dokter (dan saya) masih berharap, panasnya Nadaa ‘hanya’ karena radang tenggorokan saja. Sebelum pulang, dokter memberi antibiotik untuk radangnya. Nah, ini yang saya hindari dari awal. Antibiotik lagi, antibiotik lagi. Kasihan badan anak-anak.

Terpaksa antibiotiknya saya minumkan juga untuk Nadaa. Plus saya buatkan juga jus jambu biji. Duh, menyesal juga kenapa tidak dari sebelum-sebelumnya pas baru awal-awal panas saya beri Nadaa jus jambunya.

Besoknya, Rabu siang pas istirahat kantor, saya cek demam Nadaa sudah agak turun. Sorenya, kami ke dokter lagi untuk mengambil hasil tes darahnya. Demam Nadaa sudah tinggal ‘anget’ saja. Berharapnya sih, bukan DB. Juga bukan typhus.

(bersambung)

Klik lanjutannya di: (2) DB dan Typhus Sekaligus


No comments:

Post a Comment