Pages

Tuesday, March 18, 2014

[Resensi] Ketika Cinta Sejati Menemukan Jalannya




Judul buku      : Assalamualaikum, Beijing!
Penulis           : Asma Nadia
Penerbit         : Noura Books
Terbit            : Oktober 2013, Cetakan I (pertama)
Tebal buku      : 354 halaman
ISBN               : 978-602-1606-15-5

Dewa mencintai Ra, gadis mungil berpenampilan sporty yang menyenangkan. Mereka adalah teman satu SMA, dan melanjutkan kuliah di kampus yang sama. Awalnya Ra heran, kenapa dirinya begitu sering mendapati Dewa berada di sekitarnya. Keheranannya terjawab ketika akhirnya Dewa menyatakan cinta kepada Ra.

Setelah menjalin kasih selama kurang lebih empat tahun, Ra dan Dewa pun berencana menikah. Namun kemudian ada Anita, gadis tercantik di kantor Dewa yang terpikat oleh sosok Dewa yang jangkung, tampan, kharismatik, dan tak kuasa menolak permintaan tolong seorang wanita. Status Dewa yang telah memiliki kekasih, tak menjadikan Anita surut langkah untuk mendekati dan menaklukkan lelaki itu.

Sebuah pengakuan yang diungkapkan oleh Dewa (hal. 63) membuat Ra memutuskan untuk berubah sikap: menjauh dari diri dan kehidupan Dewa. Di waktu yang sama, Anita tak kenal lelah berusaha merebut perhatian dan cinta Dewa dari Ra.

Sementara itu, perjalanan Asma berkilo-kilo meter dari tanah air telah mempertemukannya dengan Zhongwen. Perkenalan Asma dengan Zhongwen bermula ketika mereka duduk bersisian dalam satu bus yang sama, di tengah perjalanan Asma menuju hostel tempatnya akan menginap selama di Beijing (hal. 12).

Sejak awal bertemu, Zhongwen sudah merasa tertarik pada Asma. Sayang, kartu nama yang diberikan Zhongwen kepada Asma tercecer begitu saja. Rasa penasaran Zhongwen yang tak kunjung mendapat kiriman SMS dari Asma, mendorong pemuda China itu untuk mencari jejak Asma di Beijing. Pencarian yang bukan hanya tentang cinta dan wanita, namun juga pencarian akan keberadaan Tuhan dan agama.

Ada daya tarik misterius yang dipancarkan Asma sejak pertama kali mereka bertemu, walaupun itu bukan kali pertama bagi Zhongwen bertemu dengan seorang gadis yang berkerudung di China. Saat hampir menyerah mencari, Zhongwen melihat Asma di balik jendela sebuah bus. Sayang, bus yang melaju semakin cepat membuat Zhongwen tak kuasa mengejar, membuatnya harus kembali kehilangan jejak Asma (hal. 70). Beruntung, hanya sehari sebelum Asma kembali ke tanah air, Zhongwen berhasil menemukan Asma di sebuah masjid tua yang menjadi salah satu tempat tujuan wisata di Beijing (hal. 95).

Ra dan Dewa. Asma dan Zhongwen. Juga ada Anita, sang orang ketiga. Novel ini menyajikan liku perjalanan cinta anak-anak manusia tersebut dengan apik. Dewa yang begitu mencintai Ra dan berusaha setia, namun sempat tergoda oleh Anita, akankah kembali kepada Ra? Lalu, bagaimana kelanjutan hubungan Asma dan Zhongwen, sekembalinya Asma ke tanah air? Apakah kedua kisah cinta tersebut saling berhubungan?

Menggunakan sudut pandang orang ketiga, bab demi bab dalam buku ini secara bergantian menceritakan kisah Ra-Dewa dan Asma-Zhongwen. Dua setting dan dua plot cerita dalam satu novel. Unik dan tidak membosankan. Konsekuensinya, pembaca harus jeli dalam mengingat masing-masing plot agar gambaran cerita menjadi utuh dan tidak terpotong.

Pengalaman Asma Nadia menjelajahi negeri China khususnya Beijing, membuat deskripsi tentang tempat-tempat di negeri dan kota tersebut menjadi nyata dan hidup. Di antaranya tentang masjid Raya Xi’an (hal. 41), the Great Wall (hal. 28-29 dan 55-58), Masjid Niujie (hal. 97-98) serta berbagai sudut kota Beijing ketika Zhongwen mencari Asma (hal. 71).

Gambaran suasana tempat-tempat tersebut yang dilengkapi dengan kisah sejarahnya membuat novel ini memiliki nilai lebih. Selipan bumbu tentang sebuah cerita rakyat China yang salah satu tokohnya (menurut Zhongwen) mewujud pada Asma, semakin memperkaya novel ini. Sebagai penulis, Asma Nadia cukup piawai mengemas romantisme kisah cinta berbalut sejarah dan legenda.

Dalam novel terbarunya ini, Asma Nadia juga menyelipkan dialog-dialog ringan antara Asma dan Zhongwen tentang ajaran Islam, tanpa membuat novel ini terasa ‘berat’. Seperti yang bisa dibaca di halaman 111 dan 112 ketika Asma menjelaskan tentang batasan pergaulan wanita dan pria dalam Islam. Kutipan-kutipan dialog dan kalimat berbahasa Mandarin – selain Inggris – juga menambah warna pada jalinan cerita.

Secara implisit, novel ini mengajarkan tentang kesetiaan dan pengorbanan. Lewat tokoh Ra, pembaca juga bisa belajar tentang ikhlas dan move-on. Dari airmata menuju sukacita, dari kenangan kepada kenyataan, dan dari kekecewaan dengan memaafkan (hal. 133).

“Assalamualaikum, Beijing!” adalah sebuah novel tentang cinta sejati yang menemukan jalannya. Bacaan yang tepat bagi orang yang mulai kehilangan kepercayaan akan cinta. []

 

4 comments:

  1. alur ceritanya tampak tidak baru dari novel kebanyakan, tapi setting Beijing ini mungkin jadi daya tarik yang tak dimiliki novel lain untuk memadukan dg nilai2 religius. ah, bunda asma nadia selalu sukses bikin penasaran. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. konfliknya memang tidak begitu baru mak, tapi menurut saya alurnya lumayan baru :). btw penggemar mba asma nadia juga kah..? sama dung kita.. ^_^

      Delete
  2. kayaknya seru tuh bukunya, tentang cinta ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, tentang cinta yang mengharu-biru.. ayo baca juga mbak :)

      Delete